Penerjemahan
neologisme (Naturalisme)
I.
Pendahuluan
Bahasa
merupakan unsur dalam kehidupan manusia yang bersifat dinamis alias sering
berubah-ubah mengikuti keadaan zaman. Ini menunjukkan bahasa bukanlah sesuatu
yang konstan dan eksak, meskipun mempunyai formulasi yang pakem dalam tata
bahasa atau pelafalan yang tepat dalam tata bunyi. Kenyataannya, bila tidak
mengikuti arus utama dalam berbahasa, seringkali muncul kata-kata baru, yang
ternyata dapat memberikan khazanah baru dalam berbahasa serta menyumbang
kosakata.
Keadaan, yang demikian, disebut dengan neologisme. Jika merujuk pada asal katanya, neologisme berasal dari dua kata, neos dan logos. Neos berarti baru sedangkan logos kata. Jika diartikan secara harfiah, kata ini ini ialah ihwal mengenai kata baru yang sengaja diluncurkan. Di dalam banyak bidang neologisme, seperti kedokteran dan psikologi neologisme diartikan sebagai sebuah keadaan pasien penderita sakit jiwa yang menciptakan kata-kata baru yang hanya dapat dimengerti oleh dirinya sendiri. Karena itu, kata-kata itu terdengar aneh dan tidak dapat dijangkau nalar.
Di dalam linguistik, neologisme, menurut KBBI, ialah kata bentukan baru atau makna baru untuk kata lama yang dipakai dalam bahasa untuk memberi ciri pribadi atau demi pengembangan kosakata. Sebenarnya, jika dilihat secara umum, istilah neologisme dalam, baik dalam linguistik maupun psikologi-kedokteran hampir mirip: mencipta kata baru demi kepentingan pribadi atau bisa dimengerti dirinya sendiri. Namun, dalam ranah linguistik neologisme bisa berhubungan dengan sosiolinguistik bahasa dan penuturnya, yang berarti juga bisa berkaitan dengan budaya pribadi atau suatu tempat.
Kata neologisme pertama kali muncul dalam bahasa Prancis, yang menyerap dari bahasa Yunani Kuno pada 1734. Lantas kata itu kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi neologism pada 1772. Ketika di Indonesia menjadi neologisme. Munculnya kata itu dari Eropa menunjukkan bahwa benua itu merupakan pengguna pertama neologisme. Neologisme muncul pada abad ke-19 dan 20 ketika dunia, yang terpusat di Eropa dan Amerika, sedang giat-giatnya mengembangkan teknologi oleh karena Revolusi Industri yang berdampak cukup luas ke beberapa aspek, yaitu, ekonomi, sosial, dan politik. Gerrymandering tercatat merupakan bentuk neologisme pertama. Kata ini masuk dalam ranah politik dan tercipta pada 1812. Terciptanya kata ini berawal dari reaksi yang dilakukan Boston Gazzete atas penggambaran ulang distrik pemilihan kongresional Massachussets di bawah pemerintahan Gubernur Elbridge Gerry. Pembagian area yang dilakukannya semata-mata untuk pemanfaatan politis bagi partainya, Republik dan Demokrat. Neologisme ini bersifat negatif karena merupakan tindakan untuk memanipulasi wilayah pemilihan. Dari gerrymandering ini, terciptalah kata-kata yang menggabungkan nama dengan mandering seperti halnya istilah -nomics. Kebalikan dengan -mandering, -nomics, yang merupakan neologisme dalam ekonomi, bersifat positif.
Neologisme kemudian menyebar ke berbagai bidang seperti komunikasi, sastra, militer, sosial, teknologi, dan budaya populer. Dalam kehidupan sehari-hari jamak terdengar global village (kampung/desa global), cyberspace (ranah maya), radar, internet, laser, dan blog. Kata-kata tersebut merupakan neologisme global yang berasal dari empunya globalisasi, Amerika Serikat. Kata-kata ini, kebanyakan muncul pada pasca-Perang Dunia ke-2.
Neologisme secara umum dapat berbentuk kata tunggal atau majemuk/gabungan jika dilihat wujud fisiknya. Selain itu dapat pula berbentuk singkatan dan akronim.
Keadaan, yang demikian, disebut dengan neologisme. Jika merujuk pada asal katanya, neologisme berasal dari dua kata, neos dan logos. Neos berarti baru sedangkan logos kata. Jika diartikan secara harfiah, kata ini ini ialah ihwal mengenai kata baru yang sengaja diluncurkan. Di dalam banyak bidang neologisme, seperti kedokteran dan psikologi neologisme diartikan sebagai sebuah keadaan pasien penderita sakit jiwa yang menciptakan kata-kata baru yang hanya dapat dimengerti oleh dirinya sendiri. Karena itu, kata-kata itu terdengar aneh dan tidak dapat dijangkau nalar.
Di dalam linguistik, neologisme, menurut KBBI, ialah kata bentukan baru atau makna baru untuk kata lama yang dipakai dalam bahasa untuk memberi ciri pribadi atau demi pengembangan kosakata. Sebenarnya, jika dilihat secara umum, istilah neologisme dalam, baik dalam linguistik maupun psikologi-kedokteran hampir mirip: mencipta kata baru demi kepentingan pribadi atau bisa dimengerti dirinya sendiri. Namun, dalam ranah linguistik neologisme bisa berhubungan dengan sosiolinguistik bahasa dan penuturnya, yang berarti juga bisa berkaitan dengan budaya pribadi atau suatu tempat.
Kata neologisme pertama kali muncul dalam bahasa Prancis, yang menyerap dari bahasa Yunani Kuno pada 1734. Lantas kata itu kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi neologism pada 1772. Ketika di Indonesia menjadi neologisme. Munculnya kata itu dari Eropa menunjukkan bahwa benua itu merupakan pengguna pertama neologisme. Neologisme muncul pada abad ke-19 dan 20 ketika dunia, yang terpusat di Eropa dan Amerika, sedang giat-giatnya mengembangkan teknologi oleh karena Revolusi Industri yang berdampak cukup luas ke beberapa aspek, yaitu, ekonomi, sosial, dan politik. Gerrymandering tercatat merupakan bentuk neologisme pertama. Kata ini masuk dalam ranah politik dan tercipta pada 1812. Terciptanya kata ini berawal dari reaksi yang dilakukan Boston Gazzete atas penggambaran ulang distrik pemilihan kongresional Massachussets di bawah pemerintahan Gubernur Elbridge Gerry. Pembagian area yang dilakukannya semata-mata untuk pemanfaatan politis bagi partainya, Republik dan Demokrat. Neologisme ini bersifat negatif karena merupakan tindakan untuk memanipulasi wilayah pemilihan. Dari gerrymandering ini, terciptalah kata-kata yang menggabungkan nama dengan mandering seperti halnya istilah -nomics. Kebalikan dengan -mandering, -nomics, yang merupakan neologisme dalam ekonomi, bersifat positif.
Neologisme kemudian menyebar ke berbagai bidang seperti komunikasi, sastra, militer, sosial, teknologi, dan budaya populer. Dalam kehidupan sehari-hari jamak terdengar global village (kampung/desa global), cyberspace (ranah maya), radar, internet, laser, dan blog. Kata-kata tersebut merupakan neologisme global yang berasal dari empunya globalisasi, Amerika Serikat. Kata-kata ini, kebanyakan muncul pada pasca-Perang Dunia ke-2.
Neologisme secara umum dapat berbentuk kata tunggal atau majemuk/gabungan jika dilihat wujud fisiknya. Selain itu dapat pula berbentuk singkatan dan akronim.
II.
Kata-kata klasik (Tua) dengan pengertian yang baru
Sebagai contoh kita ambil kata “pujangga”. Semula berarti ular, kemudian
berarti sarjana (dalam bahasa jawa kuno) dalam bahasa jawa baru dan indonesia
teah luntur. Yang menjadi pusat perhatian ialah bakat srta kepandaian
mengarang. Oleh karena itu dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya di dalam
bahasa indonesia atau pujangga diberi makna orang yang pandai membuat puisi
(mulyana, 1964: 19).
Dalam bahasa indonesia neologisme seperti contoh yang diberikan Mulyana itu
banyak kita dapati. Ada kata-kata atau istilah-istilah itu yang berasal dari
bahasa asing dan ada yang berasal dari bahasa daerah.
Kata ‘tuna’ umpamanya berasal dari bahasa jawa dan artinya rugi. Kata
ini diambil dan terbentuklah kata-kata:
Tanusila - pelacur
Tunawisma - gelandangan
Tunanetra - buta
Tunakarna - tuli
Kata ‘tuna’ disini bukan lagi berarti rugi, tapi sudah berubah dan
berarti tidak mempunyai.
Kata ‘tata’ umpamanya yang mula sekali digabung dengan kata buku
sehingga menjadi tata buku sekarang yang tergabung dengan kata itu banyak
seperti:
Tatabahasa - grammar
Tatabunyi - fonologi
Tatakata - morfologi
Tatakalimat -sintaksis
Ini semua dari bidang bahasa. Disamping itu kita dapati pula tatawarna,
tatacara, tatabusana, tatacahaya, tatahidup, tatahukum, tatakerja, tatakota,
tatakrama, tataniaga, tataruang, tatasusia, tatatertib, dan tatatanam.
Begitu juga dengan ‘para’ dan ‘swa’. Kata-kata yang diawali dengan ‘pra’
berjumlah lebih dari 40 buah. Sebagian di antaranya adalah:
Praduga praanggapan prakarsa
Prakarya prakata prakita
Prasangka prasaran prasarana
Prasejarah
prasekolah prasyarat
Yang memakai “swa”
adalah sebagai berikut:
Swadana swadarma
swadaya
Swakaji swakarsa
swakelola
Swalayan swapraja swasembada
Swasta swausaha swatantara
Berjumlah kurang lebih hanya 16 buah.
Demikian juga kata “ganyang” (bahasa jawa) yang artinya aslinya memakan
sesuatu samapai hancur lumat. Kata ini diserap ke dalam bahasa indinesia dan
berarti memerangi atau memukul seseorang tak berdaya lagi.
III.
Pembentukan-pembentukan Kata yang baru
Morfologi ialah bidang ilmu bahasa
yang mengkaji struktur, bentuk dan penggolong kata. Struktur kata bermaksud
susunan bunyi ujaran atau lambang yang menjadi unit tatabahasa yang
bermakna. Bentuk kata pula ialah rupa unit tatabahasa sama ada bentuk tunggal
atau hasil daripada proses pengimbuhan, pemajmukan dan penggandaan.
Penggolongan kata pula ialah proses menjeniskan perkataan berdasarkan
keserupaan bentuk dan latar fungsi dengan anggota lain dalam golongan yang
sama.
Menurut Kamarudin Hj.Husin dan
rakan –rakannya dalam buku Pengajian Melayu 1, Ilmu Bahasa dan
Kecekapan Berbahasa,1997 : 83, morfologi ialah disiplin ilmu bahasa yang
mengkaji struktur, bentuk dan penggolongan kata.Bentuk kata ini merujuk bentuk
bunyi atau ujaran sesuatu kata itu.
Neologisme sebenarnya adalah suatu
pekara yang biasa yang berlaku di dalam masyarakat. Namun begitu, kata-kata
yang baru dicipta oleh seseorang itu harus melalui ujian ahli lingustik dan
juga masyarakat itu sendiri untuk menjadi sebuah perkataan yang mantap dan
diterima umum. Bagi ahli lingustik, neologisme adalah tidak digalakkan
sekiranya terdapat perkataan lama yang mampu menyampaikan maksud yang sama
untuk perkataan baru itu. Dengan kata lain, neologisme hanya digalakkan
sekiranya ia adalah perlu, iaitu semasa tiada kata lama yang dapat menyampaikan
sesuatu ideal yang baru. Ahli masyarakat secara umumnya akan mempunyai reaksi
yang berbeza-beza terhadap neologisme, ada yang suka dan ada yang bantah.
Mereka yang suka kepada neologisme mungkin kerana “ia rasa sedap”. Sekiranya
sesuatu perkataan yang baru yang berjaya melalui ujian-ujian ini, maka ia akan
diterima masuk ke dalam kamus dan dengan itu ia akan menjadi perkataan
yang mantap
IV.
Kata-Kata yang terbentuk
Proses
naturalisasi kususnya yang ada di eropa terbentuk dari bahasa Yunani kuno dan morfem :satuan
gramatikal terkecil yang mempunyai makna yang berasal dari bahasa Latin dengan
imbuhan seperti –ismo, -ismus, -ija. Naturalisasi adalah
penerjemahan yang mengadaptasikan bentuk fonologis dan morfologis BSu menjadi
bentuk fonologis dan morfologis BSa (Newmark: 1988: 82). Naturalisasi biasanya
dilakukan pada kata yang sudah akrab dalam BSa sehingga menimbulkan leksem baru
yang disebut neologisme. Neologisme
adalah disebabkan oleh beberapa sebab iaitu:
- Kemunculan Idea Baru.
- Perubahan Konteks Budaya
- Sifat Bahasa yang Dinamiks
Neologisme sebenarnya adalah suatu
pekara yang biasa yang berlaku di dalam masyarakat. Namun begitu, kata-kata
yang baru dicipta oleh seseorang itu harus melalui ujian ahli lingustik dan
juga masyarakat itu sendiri untuk menjadi sebuah perkataan yang mantap dan
diterima umum. Bagi ahli lingustik, neologisme adalah tidak digalakkan
sekiranya terdapat perkataan lama yang mampu menyampaikan maksud yang sama
untuk perkataan baru itu. Dengan kata lain, neologisme hanya digalakkan
sekiranya ia adalah perlu, iaitu semasa tiada kata lama yang dapat menyampaikan
sesuatu ideal yang baru. Ahli masyarakat secara umumnya akan mempunyai reaksi
yang berbeza-beza terhadap neologisme, ada yang suka dan ada yang bantah.
Mereka yang suka kepada neologisme mungkin kerana “ia rasa sedap”. Sekiranya
sesuatu perkataan yang baru yang berjaya melalui ujian-ujian ini, maka ia akan
diterima masuk ke dalam kamus dan dengan itu ia akan menjadi perkataan
yang mantap
Afiksasi
Afiks atau imbuhan adalah morfem atau bentuk
terikat yang digunakan untuk membentuk neologisme. Biasa dikelompokkan menurut
posisi penempatannya terhadap kata dasar, jenis imbuhan yang paling sering
digunakan dalam bahasa Indonesia adalah:
1. prefiks
(awalan, misalnya me-, ber-, nara-),
2. sufiks
(akhiran, misalnya -an, -wan),
3. infiks
(sisipan di tengah, misalnya -em-, -el-), dan
4. konfiks
(gabungan dua afiks tunggal, misalnya ke- -an, pe- -an).
Contohnya istilah nirkabel sebagai padanan
wireless dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata dasar wire (kabel) dan
sufiks -less. Sufiks -less dalam bahasa Inggris bisa berarti tidak, tanpa, atau
kurang. Afiks yang memiliki makna serupa dalam bahasa Indonesia sebenarnya ada
beberapa, seperti awa-, dur-, nir-, dan tuna-. Kenapa akhirnya dipilih nir-,
mungkin karena lebih enak terdengarnya dan bukan berarti bahwa semua sufiks
-less pasti dialihbahasakan menjadi nir-.
Neologisme, mengingat merupakan kata
baru di luar arus utama atau kelaziman, tidak sepenuhnya mudah diterjemahkan
atau dipadankan ke dalam bahasa lokal. Hal ini dikarenakan sifatnya yang
dinamis dan berasal dari budaya tempat kata itu berasal yang juga menyertakan
kondisi masyarakatnya secara sosiolinguistik. Misal, kata-kata seperti wearable
devices, electric/diesel multiple unit, bus rapid transit, mass
rapid transit, smartphone, smartwatch merupakan sekian contoh. Beberapa
kata sudah ada yang diterjemahkan dan dipadankan namun mubazir karena jarang
digunakan akibat mentalisme masyarakat. Seperti kusala untuk award,
tetikus untuk mouse, perangkat lunak untuk software, dan
perangkat keras untuk hardware.
Hal ini dikarenakan kata-kata itu muncul dari negara, yang masyarakatnya, merupakan pelahir teknologi maju sehingga ketika dipadankan juga akan terasa tidak sedap di telinga. Di dalam masyarakat yang maju itu juga lahir hal-hal yang bersifat inovatif. Akibatnya, terjadi globalisasi dan imperialisme bahasa yang pada akhirnya memaksa masyarakat yang disasar harus menerima mentah-mentah. Contoh paling sederhana dari ini ialah pemakaian nama-nama umum di bahasa asalnya dan menjadi merek produk teknologi. Twitter, Facebook, Google, dan Skype. Beberapa negara, yang kuat bahasanya, seperti Prancis, Jerman harus menerima globalisasi merek ini walau bisa dipadankan. Apalagi Indonesia.
Hal ini dikarenakan kata-kata itu muncul dari negara, yang masyarakatnya, merupakan pelahir teknologi maju sehingga ketika dipadankan juga akan terasa tidak sedap di telinga. Di dalam masyarakat yang maju itu juga lahir hal-hal yang bersifat inovatif. Akibatnya, terjadi globalisasi dan imperialisme bahasa yang pada akhirnya memaksa masyarakat yang disasar harus menerima mentah-mentah. Contoh paling sederhana dari ini ialah pemakaian nama-nama umum di bahasa asalnya dan menjadi merek produk teknologi. Twitter, Facebook, Google, dan Skype. Beberapa negara, yang kuat bahasanya, seperti Prancis, Jerman harus menerima globalisasi merek ini walau bisa dipadankan. Apalagi Indonesia.
V.
Penyingkatan-Penyingkatan kata
Penyingkatan kata-kata yang terjadi
pada Kata-kata yang sudah mengalami naturalisasi (Neologisme) seperti kata
Profesor disingkat menjadi Prof., Dokter disingkat menjadi dr. Mister disinkat
Mr.
VI.
Kolokasi pada Neologisme
Kolokasi adalah sanding kata adalah
asosiasi dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan. Kolokasi adalah sebuah kata atau frasa yang digunakan atau
digabungkan atau digabung dengan frasa lain dimana terdengar benar dan wajar
oleh penutur bahasa tersebut, tetapi penutur bahasa lain mungkin akan mengalami
kesulitan untuk memahaminya. Misalnya frasa Lampu mati kita tidak membacanya
lampu meninggal. Di dalam bahasa Inggris contohnya watch tv bukan look at tv.
No comments:
Post a Comment