Tuesday, January 31, 2017

Penerjemahan neologisme (Naturalisme)



Penerjemahan neologisme (Naturalisme)

I.                    Pendahuluan
Bahasa merupakan unsur dalam kehidupan manusia yang bersifat dinamis alias sering berubah-ubah mengikuti keadaan zaman. Ini menunjukkan bahasa bukanlah sesuatu yang konstan dan eksak, meskipun mempunyai formulasi yang pakem dalam tata bahasa atau pelafalan yang tepat dalam tata bunyi. Kenyataannya, bila tidak mengikuti arus utama dalam berbahasa, seringkali muncul kata-kata baru, yang ternyata dapat memberikan khazanah baru dalam berbahasa serta menyumbang kosakata.

Keadaan, yang demikian, disebut dengan neologisme. Jika merujuk pada asal katanya, neologisme berasal dari dua kata, neos dan logos. Neos berarti baru sedangkan logos kata. Jika diartikan secara harfiah, kata ini ini ialah ihwal mengenai kata baru yang sengaja diluncurkan. Di dalam banyak bidang neologisme, seperti kedokteran dan psikologi neologisme diartikan sebagai sebuah keadaan pasien penderita sakit jiwa yang menciptakan kata-kata baru yang hanya dapat dimengerti oleh dirinya sendiri. Karena itu, kata-kata itu terdengar aneh dan tidak dapat dijangkau nalar.

Di dalam linguistik, neologisme, menurut KBBI, ialah kata bentukan baru atau makna baru untuk kata lama yang dipakai dalam bahasa untuk memberi ciri pribadi atau demi pengembangan kosakata. Sebenarnya, jika dilihat secara umum, istilah neologisme dalam, baik dalam linguistik maupun psikologi-kedokteran hampir mirip: mencipta kata baru demi kepentingan pribadi atau bisa dimengerti dirinya sendiri. Namun, dalam ranah linguistik neologisme bisa berhubungan dengan sosiolinguistik bahasa dan penuturnya, yang berarti juga bisa berkaitan dengan budaya pribadi atau suatu tempat.

Kata neologisme pertama kali muncul dalam bahasa Prancis, yang menyerap dari bahasa Yunani Kuno pada 1734. Lantas kata itu kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi neologism pada 1772. Ketika di Indonesia menjadi neologisme. Munculnya kata itu dari Eropa menunjukkan bahwa benua itu merupakan pengguna pertama neologisme. Neologisme muncul pada abad ke-19 dan 20 ketika dunia, yang terpusat di Eropa dan Amerika, sedang giat-giatnya mengembangkan teknologi oleh karena Revolusi Industri yang berdampak cukup luas ke beberapa aspek, yaitu, ekonomi, sosial, dan politik. Gerrymandering tercatat merupakan bentuk neologisme pertama. Kata ini masuk dalam ranah politik dan tercipta pada 1812. Terciptanya kata ini berawal dari reaksi yang dilakukan Boston Gazzete atas penggambaran ulang distrik pemilihan kongresional Massachussets di bawah pemerintahan Gubernur Elbridge Gerry. Pembagian area yang dilakukannya semata-mata untuk pemanfaatan politis bagi partainya, Republik dan Demokrat. Neologisme ini bersifat negatif karena merupakan tindakan untuk memanipulasi wilayah pemilihan. Dari gerrymandering ini, terciptalah kata-kata yang menggabungkan nama dengan mandering seperti halnya istilah -nomics. Kebalikan dengan -mandering, -nomics, yang merupakan neologisme dalam ekonomi, bersifat positif.

Neologisme kemudian menyebar ke berbagai bidang seperti komunikasi, sastra, militer, sosial, teknologi, dan budaya populer. Dalam kehidupan sehari-hari jamak terdengar global village (kampung/desa global), cyberspace (ranah maya), radar, internet, laser, dan blog. Kata-kata tersebut merupakan neologisme global yang berasal dari empunya globalisasi, Amerika Serikat. Kata-kata ini, kebanyakan muncul pada pasca-Perang Dunia ke-2.

Neologisme secara umum dapat berbentuk kata tunggal atau majemuk/gabungan jika dilihat wujud fisiknya. Selain itu dapat pula berbentuk singkatan dan akronim.
II.                  Kata-kata klasik (Tua) dengan pengertian yang baru

Sebagai contoh kita ambil kata “pujangga”. Semula berarti ular, kemudian berarti sarjana (dalam bahasa jawa kuno) dalam bahasa jawa baru dan indonesia teah luntur. Yang menjadi pusat perhatian ialah bakat srta kepandaian mengarang. Oleh karena itu dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya di dalam bahasa indonesia atau pujangga diberi makna orang yang pandai membuat puisi (mulyana, 1964: 19).
Dalam bahasa indonesia neologisme seperti contoh yang diberikan Mulyana itu banyak kita dapati. Ada kata-kata atau istilah-istilah itu yang berasal dari bahasa asing dan ada yang berasal dari bahasa daerah.
Kata ‘tuna’ umpamanya berasal dari bahasa jawa dan artinya rugi. Kata ini diambil dan terbentuklah kata-kata:
Tanusila - pelacur
Tunawisma - gelandangan
Tunanetra - buta
Tunakarna - tuli
Kata ‘tuna’ disini bukan lagi berarti rugi, tapi sudah berubah dan berarti tidak mempunyai.
Kata ‘tata’ umpamanya yang mula sekali digabung dengan kata buku sehingga menjadi tata buku sekarang yang tergabung dengan kata itu banyak seperti:
Tatabahasa - grammar
Tatabunyi - fonologi
Tatakata - morfologi
Tatakalimat -sintaksis
Ini semua dari bidang bahasa. Disamping itu kita dapati pula tatawarna, tatacara, tatabusana, tatacahaya, tatahidup, tatahukum, tatakerja, tatakota, tatakrama, tataniaga, tataruang, tatasusia, tatatertib, dan tatatanam.
Begitu juga dengan ‘para’ dan ‘swa’. Kata-kata yang diawali dengan ‘pra’ berjumlah lebih dari 40 buah. Sebagian di antaranya adalah:
Praduga praanggapan prakarsa
Prakarya prakata prakita
Prasangka prasaran prasarana
Prasejarah prasekolah prasyarat
Yang memakai “swa” adalah sebagai berikut:
Swadana swadarma swadaya
Swakaji swakarsa swakelola
Swalayan swapraja swasembada
Swasta swausaha swatantara
Berjumlah kurang lebih hanya 16 buah.
Demikian juga kata “ganyang” (bahasa jawa) yang artinya aslinya memakan sesuatu samapai hancur lumat. Kata ini diserap ke dalam bahasa indinesia dan berarti memerangi atau memukul seseorang tak berdaya lagi.
III.                Pembentukan-pembentukan Kata yang baru

Morfologi ialah bidang ilmu bahasa yang mengkaji struktur, bentuk dan penggolong kata. Struktur kata bermaksud susunan bunyi ujaran atau lambang  yang menjadi unit tatabahasa yang bermakna. Bentuk kata pula ialah rupa unit tatabahasa sama ada bentuk tunggal atau hasil daripada proses pengimbuhan, pemajmukan dan penggandaan. Penggolongan kata pula ialah proses menjeniskan perkataan berdasarkan keserupaan bentuk dan latar fungsi dengan anggota lain dalam golongan yang sama.
Menurut Kamarudin Hj.Husin dan rakan –rakannya dalam buku Pengajian Melayu 1, Ilmu Bahasa dan Kecekapan Berbahasa,1997 : 83, morfologi ialah disiplin ilmu bahasa yang mengkaji struktur, bentuk dan penggolongan kata.Bentuk kata ini merujuk bentuk bunyi atau ujaran sesuatu kata itu.
Neologisme sebenarnya adalah suatu pekara yang biasa yang berlaku di dalam masyarakat. Namun begitu, kata-kata yang baru dicipta oleh seseorang itu harus melalui ujian ahli lingustik dan juga masyarakat itu sendiri untuk menjadi sebuah perkataan yang mantap dan diterima umum. Bagi ahli lingustik, neologisme adalah tidak digalakkan sekiranya terdapat perkataan lama yang mampu menyampaikan maksud yang sama untuk perkataan baru itu. Dengan kata lain, neologisme hanya digalakkan sekiranya ia adalah perlu, iaitu semasa tiada kata lama yang dapat menyampaikan sesuatu ideal yang baru. Ahli masyarakat secara umumnya akan mempunyai reaksi yang berbeza-beza terhadap neologisme, ada yang suka dan ada yang bantah. Mereka yang suka kepada neologisme mungkin kerana “ia rasa sedap”. Sekiranya sesuatu perkataan yang baru yang berjaya melalui ujian-ujian ini, maka ia akan diterima masuk ke dalam kamus dan dengan itu ia akan menjadi perkataan yang mantap
IV.                Kata-Kata yang terbentuk
Proses naturalisasi kususnya yang ada di eropa terbentuk  dari bahasa Yunani kuno dan morfem :satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna yang berasal dari bahasa Latin dengan imbuhan seperti –ismo, -ismus, -ija. Naturalisasi adalah penerjemahan yang mengadaptasikan bentuk fonologis dan morfologis BSu menjadi bentuk fonologis dan morfologis BSa (Newmark: 1988: 82). Naturalisasi biasanya dilakukan pada kata yang sudah akrab dalam BSa sehingga menimbulkan leksem baru yang disebut neologisme. Neologisme adalah disebabkan oleh beberapa sebab iaitu:
  • Kemunculan Idea Baru.
  • Perubahan Konteks Budaya
  • Sifat Bahasa yang Dinamiks
Neologisme sebenarnya adalah suatu pekara yang biasa yang berlaku di dalam masyarakat. Namun begitu, kata-kata yang baru dicipta oleh seseorang itu harus melalui ujian ahli lingustik dan juga masyarakat itu sendiri untuk menjadi sebuah perkataan yang mantap dan diterima umum. Bagi ahli lingustik, neologisme adalah tidak digalakkan sekiranya terdapat perkataan lama yang mampu menyampaikan maksud yang sama untuk perkataan baru itu. Dengan kata lain, neologisme hanya digalakkan sekiranya ia adalah perlu, iaitu semasa tiada kata lama yang dapat menyampaikan sesuatu ideal yang baru. Ahli masyarakat secara umumnya akan mempunyai reaksi yang berbeza-beza terhadap neologisme, ada yang suka dan ada yang bantah. Mereka yang suka kepada neologisme mungkin kerana “ia rasa sedap”. Sekiranya sesuatu perkataan yang baru yang berjaya melalui ujian-ujian ini, maka ia akan diterima masuk ke dalam kamus dan dengan itu ia akan menjadi perkataan yang mantap

Afiksasi
Afiks atau imbuhan adalah morfem atau bentuk terikat yang digunakan untuk membentuk neologisme. Biasa dikelompokkan menurut posisi penempatannya terhadap kata dasar, jenis imbuhan yang paling sering digunakan dalam bahasa Indonesia adalah:
1.            prefiks (awalan, misalnya me-, ber-, nara-),
2.            sufiks (akhiran, misalnya -an, -wan),
3.            infiks (sisipan di tengah, misalnya -em-, -el-), dan
4.            konfiks (gabungan dua afiks tunggal, misalnya ke- -an, pe- -an).
Contohnya istilah nirkabel sebagai padanan wireless dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata dasar wire (kabel) dan sufiks -less. Sufiks -less dalam bahasa Inggris bisa berarti tidak, tanpa, atau kurang. Afiks yang memiliki makna serupa dalam bahasa Indonesia sebenarnya ada beberapa, seperti awa-, dur-, nir-, dan tuna-. Kenapa akhirnya dipilih nir-, mungkin karena lebih enak terdengarnya dan bukan berarti bahwa semua sufiks -less pasti dialihbahasakan menjadi nir-.
Neologisme, mengingat merupakan kata baru di luar arus utama atau kelaziman, tidak sepenuhnya mudah diterjemahkan atau dipadankan ke dalam bahasa lokal. Hal ini dikarenakan sifatnya yang dinamis dan berasal dari budaya tempat kata itu berasal yang juga menyertakan kondisi masyarakatnya secara sosiolinguistik. Misal, kata-kata seperti wearable devices, electric/diesel multiple unit, bus rapid transit, mass rapid transit, smartphone, smartwatch merupakan sekian contoh. Beberapa kata sudah ada yang diterjemahkan dan dipadankan namun mubazir karena jarang digunakan akibat mentalisme masyarakat. Seperti kusala untuk award, tetikus untuk mouse, perangkat lunak untuk software, dan perangkat keras untuk hardware.

Hal ini dikarenakan kata-kata itu muncul dari negara, yang masyarakatnya, merupakan pelahir teknologi maju sehingga ketika dipadankan juga akan terasa tidak sedap di telinga. Di dalam masyarakat yang maju itu juga lahir hal-hal yang bersifat inovatif.  Akibatnya, terjadi globalisasi dan imperialisme bahasa yang pada akhirnya memaksa masyarakat yang disasar harus menerima mentah-mentah. Contoh paling sederhana dari ini ialah pemakaian nama-nama umum di bahasa asalnya dan menjadi merek produk teknologi. Twitter, Facebook, Google, dan Skype. Beberapa negara, yang kuat bahasanya, seperti Prancis, Jerman harus menerima globalisasi merek ini walau bisa dipadankan. Apalagi Indonesia.

V.                  Penyingkatan-Penyingkatan kata
Penyingkatan kata-kata yang terjadi pada Kata-kata yang sudah mengalami naturalisasi (Neologisme) seperti kata Profesor disingkat menjadi Prof., Dokter disingkat menjadi dr. Mister disinkat Mr.
VI.                Kolokasi pada Neologisme
Kolokasi adalah sanding kata adalah asosiasi dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kolokasi adalah sebuah kata atau frasa yang digunakan atau digabungkan atau digabung dengan frasa lain dimana terdengar benar dan wajar oleh penutur bahasa tersebut, tetapi penutur bahasa lain mungkin akan mengalami kesulitan untuk memahaminya. Misalnya frasa Lampu mati kita tidak membacanya lampu meninggal. Di dalam bahasa Inggris contohnya watch tv bukan look at tv.

No comments:

Post a Comment

Persamaan Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia

Persamaan Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia           Banyak dari kosakata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari...